MEMBUANG air limbah ke laut sebenarnya sudah 'biasa'. Namun, yang ini bukan jenis air limbah yang mengalir dari jalan-jalan kota ke saluran air hujan, melainkan air olahan limbah nuklir yang digunakan untuk mendinginkan reaktor yang rusak di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, Jepang yang dilanda gempa bumi lebih dari satu dekade lalu. Sejak Juni 2021, pemerintah Jepang mengumumkan rencana untuk membuang 1 juta ton air limbah radioaktif yang timbul sejak bencana nuklir Fukushima Daiichi pada 2011, ke Samudra Pasifik. Lebih dari satu juta ton air limbah yang diolah disimpan dalam tangki di pabrik. Tanpa kapasitas penyimpanan yang lebih besar, Jepang mengatakan tidak punya pilihan selain melepaskan air secara bertahap ke laut. Jepang mengklaim bahwa air limbah, yang mengandung isotop radioaktif yang disebut tritium dan kemungkinan jejak radioaktif lainnya, akan aman. Negara-negara tetangga dan para ahli lainnya mengatakan itu menimbulkan ancaman lingkungan yang akan berlangsung selama beberapa generasi, dan dapat memengaruhi ekosistem sampai ke Amerika Utara. Kepala Forum Kepulauan Pasifik, sebuah organisasi yang mewakili 18 negara kepulauan beberapa sudah trauma dengan puluhan tahun uji coba nuklir di wilayah tersebut, menjulukinya sebagai kotak pandora. Bagi orang-orang Pasifik, yang telah menanggung kerugian manusia yang tidak proporsional akibat nuklirisme di kawasan mereka, ini ialah satu lagi tindakan kerusakan lintas batas yang membawa bencana dan tidak dapat diubah yang belum disetujui oleh kawasan mereka. Jepang berencana air limbah yang akan dibuang diencerkan terlebih dahulu dan dibuang selama sekitar 30 tahun. Pemerintah Jepang telah berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan masyarakat luas tentang keamanan air yang diolah melalui penggunaan maskot hijau, dan dukungan dari ilmuwan Amerika. Orang-orang yang tinggal di kawasan Pasifik menyebut apa adanya; tindakan yang tidak adil. "Kita perlu mengingatkan Jepang dan negara-negara nuklir lainnya tentang slogan gerakan Pasifik Bebas Nuklir dan Independen kita. Jika aman, buang di Tokyo, uji di Paris, dan simpan di Washington, tetapi jaga agar Pasifik kita bebas nuklir," kata Motarilavoa Hilda Lini, negarawan Vanuatu dan aktivis veteran gerakan Bebas Nuklir dan Independen Pasifik NFIP, setelah pengumuman Jepang. "Kita ialah orang-orang di lautan, kita harus berdiri dan melindunginya." Trauma Banyak orang di Pasifik telah mengalami bahaya nuklir dengan iradiasi yang terus berlanjut di lingkungan kita. Sementara para penyintas dan keturunan mereka terus mengalami penyakit yang mengerikan seperti kanker limfatik, tiroid, dan masalah kesehatan reproduksi. Sejak ledakan Hiroshima dan Nagasaki pada 1945, 315 uji coba nuklir telah dilakukan di Kepulauan Marshall, Australia, Kiribati, dan Maohi Nui Polinesia Prancis. Semuanya, pada saat itu, dijelaskan oleh negara-negara nuklir sebagai hal yang sehat dan aman secara ilmiah. Jepang ataupun Pasifik sama-sama mengalami trauma uji coba nuklir. Namun, pemerintah Jepang sejak itu dengan antusias merangkul industri tenaga nuklir. Ketika gempa berkekuatan 9,1 di lepas pantai timur pulau utama Jepang pada 11 Maret 2011, dua gelombang tsunami menghantam pembangkit nuklir. Saat tiga reaktornya meleleh, operator mulai memompa air laut ke dalamnya untuk mendinginkan bahan bakar yang meleleh. Lebih dari 12 tahun kemudian, proses pendinginan yang terus berlangsung menghasilkan lebih dari 130 ton air yang terkontaminasi setiap harinya. Sejak kecelakaan itu, lebih dari 1,3 juta ton air limbah nuklir telah dikumpulkan, diolah, dan disimpan di tank farm di pabrik tersebut. Pemerintah Jepang menyebutkan ruang penyimpanan itu akan segera habis, dan tidak punya pilihan selain mulai membuang air limbah ke Pasifik. Berisiko Pelepasan limbah nuklir dirancang dilakukan secara bertahap selama tiga dekade ke depan, meskipun beberapa ahli mengatakan itu bisa memakan waktu lebih lama, mengingat jumlah yang masih diproduksi. Badan Energi Atom Internasional IAEA— badan pengawas nuklir PBB— menilai keamanan rencana tersebut, beberapa tetangga Jepang mengkritiknya sebagai sepihak dan berbahaya. Sebagai penandatangan Konvensi PBB tentang Hukum Laut, Jepang bertanggung jawab dan berkewajiban untuk melestarikan lingkungan laut. Padahal, sejak 2013, pemerintah Jepang telah mengajukan lima draf penanganan air limbah nuklir. Biaya terendah ialah alasan Jepang membuang air limbah ke laut. Seorang pejabat senior Tiongkok baru-baru ini menyebutnya sebagai risiko 'bagi seluruh umat manusia' dan menuduh Jepang menggunakan Pasifik sebagai 'saluran pembuangan'. Shaun Burnie, ahli nuklir senior Greenpeace untuk kantor Jepang, menunjukkan bahwa selain tritium, masih banyak zat radioaktif yang tidak dapat disaring melalui teknologi nuklir Fukushima, seperti Karbon-14, dengan waktu paruh tahun. Para peneliti menunjukkan bahwa radioisotop dalam limbah nuklir sulit untuk dibersihkan, terutama di pantai Fukushima dengan arus laut terkuat di dunia, radioisotop dapat menyebar ke lebih dari separuh Samudra Pasifik dalam waktu 57 hari setelah pembuangan. Selanjutnya 10 tahun kemudian akan membahayakan air laut global. Pada 15 Mei 2023, pemimpin oposisi Korea Selatan mencemooh klaim para pemimpin Jepang bahwa air tersebut cukup aman untuk diminum, "Jika cukup aman untuk diminum, mereka harus menggunakannya sebagai air minum." "Ini merupakan peristiwa lintas batas dan lintas generasi," kata Robert Richmond, Direktur Laboratorium Kelautan Kewalo di Universitas Hawaii, dan penasihat ilmiah tentang rencana pelepasan ke Forum Kepulauan Pasifik. "Apa pun yang dilepaskan ke laut lepas Fukushima tidak akan bertahan di satu tempat." Rencana Jepang untuk membuang limbah nuklir ke laut lepas mendapat banyak tentangan dari banyak pihak. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Walhi juga menolak keras rencana Jepang tersebut. Manajer Kampanye Energi dan Perkotaan Eksekutif Nasional Walhi, Dwi Sawung, mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari pembuangan limbah nuklir yang mengandung zat radioaktif, seperti potensi zat radioaktif yang akan mempengaruhi rantai makanan biota laut dan sekitarnya. "Karena kami Walhi juga belum tahu, efek jangka panjangnya seperti apa dalam siklus rantai makanan. Itu yang dikhawatirkan," jelas Dwi Sawung.
Karenajawaban tentang pertanyaan Jepang terlibat dalam Perang Pasifik, karena adanya gerakan Jepang untuk? diambil dari berbagai sumber referensi terpercaya. Selain itu, jawaban atas pertanyaan Jepang terlibat dalam Perang Pasifik, karena adanya gerakan Jepang untuk? sebelum dipublikasikan dilakukan verifikasi oleh para tim editor. Ilustrasi Tujuan Gerakan 3A PixabayTujuan Gerakan 3A merupakan wujud upaya Jepang untuk memenangkan Perang Dunia ke-2. Hal ini karena Jepang adalah salah satu negara yang memiliki peran penting dalam Perang Dunia apa saja tujuan Gerakan 3A yang dilakukan Jepang tersebut? Simak artikel Gerakan 3A yang Dilakukan JepangIlustrasi Tujuan Gerakan 3A PixabaySelama Perang Dunia ke-2, Jepang melakukan serangkaian gerakan yang dikenal sebagai Gerakan 3A meliputi Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Tujuannya agar Jepang mencapai dominasi politik dan ekonomi di wilayah buku Sejarah SMA/MA Kelas XI-IPS, berikut adalah beberapa penjelasan dari Gerakan 3A yang dilakukan Jepang1. Nippon Pelindung AsiaJepang, pada saat itu, percaya bahwa menjadi negara pelindung di Asia akan memberikan mereka kontrol dan pengaruh yang lebih besar di wilayah memperluas wilayah ke negara-negara Asia lainnya, Jepang berusaha membangun blok ekonomi yang kuat dan meningkatkan perdagangan dengan negara-negara di Asia. Mereka juga berjanji untuk melindungi negara-negara Asia dari kolonialisme tujuan pelindungan ini sebagian besar ditujukan untuk memperkuat posisi Jepang sebagai kekuatan dominan di Nippon Pemimpin AsiaJepang bercita-cita untuk menjadi negara yang memimpin dan mengarahkan nasib Asia. Dalam pandangan Jepang, mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk membebaskan Asia dari dominasi Barat dan membangun blok Asia yang melihat dirinya sebagai pemimpin yang akan memperkenalkan nilai-nilai Asia kepada negara-negara lain dan memberikan contoh pembangunan ekonomi yang berusaha memperkuat pengaruh politiknya di negara-negara Asia melalui perjanjian, pendirian pemerintahan boneka, dan Nippon Cahaya AsiaJepang percaya bahwa dengan menjadi kekuatan dominan di Asia, mereka dapat membawa kemakmuran dan kebahagiaan bagi seluruh Asia. Jepang berusaha memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan di Asia melalui pendidikan dan pertukaran budaya. Mereka juga mencoba meningkatkan standar hidup di negara-negara Asia dengan memperkenalkan infrastruktur modern, seperti jaringan transportasi dan pembangkit tujuan ini disampaikan dengan niat baik, dalam praktiknya, Jepang sering kali mengambil sumber daya alam dan memperlakukan negara-negara Asia sebagai upaya Jepang untuk mencapai tujuan Gerakan 3A tidak selalu berakhir dengan hasil yang diinginkan. Penjajahan Jepang di negara-negara Asia, termasuk di Indonesia, menuai kecaman dan perlawanan dari penduduk setempat yang merasa ditindas dan dirampas hak-haknya.AZSB) menghimpun kekuatan wanita untuk terlibat dalam medan perang (C) menyiapkan pasukan berani mati yang siap diterjunkan di medan perang (D) membujuk dan menghimpun golongan intelektual untuk membantu Jepang dalam perang (E) menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran politik golongan intelektual 11. Jepang memberikan janji kemerdekaan kelak
Perang Pasifik 1941-1945 yang dilancarkan oleh Jepang adalah salah satu babakan Perang Dunia ke 2 yang paling menarik. Perang itu menunjukan sebuah pertempuran demi pertempuran lauy yang barangkali terbesar sepanjang sejarah manusia. Unsur perang maritim peperangan ini begitu terasa. Di sinilah taktik perang darat-laut modern dikembangkan. Di sini pulalah, sebuah alat pertempuran yang beberapa tahun sebelumnya diterima secara pesimistis akhirnya membuktikan kekuatannya. Alat itu adalah kapal induk. Sebuah kapal yang tidak hanya mengangkut pesawat ke dalam sebuah pertempuran laut, namun juga menjadi sebuah sentral pertempuran di kemudian hari. Peta Kekaisaran Jepang 1942-1945 Sumber Dalam benak setiap manusia, barangkali telah terpatri bahwa Jepang yang menyulut perang pertama kali di Pasifik mempunyai rencana menguasai seluruh Asia Tenggara, Oseania, Australia dan bahkan pantai barat Amerika Serikat. Namun, apakah benar pertempuran yang menewaskan jutaan manusia ini mempunyai tujuan yang begitu besar dan gemilang? Jepang adalah negara satu-satunya di Asia yang berkembang secara cepat baik di bidang teknologi, produksi maupun militer. Dengan Restorasi Meiji 1866-1869, negara ortodox itu dapat membuka diri menerima pengaruh dari luar yang berujung pada keselamatan negaranya. Seperti halnya China, Negara Matahari Terbit yang mempunyai penduduk jutaan manusia di kala itu dianggap mempunyai potensi pasar yang baik untuk negara-negara barat. Belanda, Portugis, dan Amerika Serikat berlomba-lomba untuk menanamkan pengaruhnya di negara kepulauan itu. Jika ini terus berlanjut, maka nasibnya akan sama saja dengan India, Asia Tenggara dan China. Menjadi koloni bagi bangsa-bangsa asing. Doktrin Jepang di kala itu hanya satu, menjajah atau dijajah. Maka perluasan wilayahpun terjadi. Pada tahun 1905 Japan menganeksasi Korea menyusul Manchuria pada tahun 1931. Bersamaan dengan itu industrialisasi Jepang berkembang, sistem feodalisme lama atau yang disebut dengan Shogun dilenyapkan. Angkatan perang negara dibentuk dan angkatan laut dikembangkan dengan teknologi terbaru. Salah satu bukti keberhasilan pembangunan angkatan perang ini adalah kemenangan Jepang atas Russia pada tahun 1905. Kemenangan Jepang atas Rusia ini menghancurkan dominasi kekuatan Rusia di Timur Jauh. Salah Satu Illustrasi Perang Jepang Rusia 1905 Pada 1937, Jepang meluncurkan invasi besar-besaran ke China. Negara yang sedang terpecah belah itu harus rela menyerahkan hampir seluruh pesisir pantainya kepada asing dalam waktu yang begitu singkat. Beijing dan seluruh bagian utara China pun runtuh dalam bulan-bulan awal peperangan. Pertempuran ini disebut dengan Shino-Japanese War yang berlangsung hingga tahun 1945. Akan tetapi pertempuran yang awalnya menjanjikan ini tidak berjalan mulus bagi Jepang. Nasionalis dan Komunis China justru bersatu untuk memerangi Jepang. Mereka mengesampingkan perbedaan mereka untuk sementara waktu. Hasilnya, Shino-Japanese War menjadi sebuah kampanye peperangan yang panjang, melelahkan dan menguras sumber daya alam. Jepang tidak mampu memenuhi kebutuhan sumber daya alam mereka sendiri. Baja misalkan, sebagian diimpor dari Amerika Serikat dan minyak diimpor dari koloni-koloni eropa di Asia Tenggara. Liga Bangsa-Bangsa mengganggap penyerangan Jepang ke China adalah sebuah kejahatan, oleh karena itu Jepang terus-menerus mendapatkan sangsi antara lain dengan pembatasan-pembatasan tertentu pada perdangan bahan mentah. Jepang tidak mempunyai pilihan lain kecuali merebut sumber-sumber bahan mentah di sekitarnya. Beruntung bagi Jepang, Korea dan Manchuria mempunyai cukup bahan tambang seperti batu bara dan besi. Namun untuk minyak, ia terpaksa harus mencarinya ke tempat lain. Sintesisasi batu bara ke minyak belumlah begitu berkembang di masa itu. Ketika Perang Eropa pecah di tahun 1939, Jepang melihat sebuah peluang untuk ikut ambil bagian dalam konflik itu. Tujuaannya hanya satu, kuasai tempat-tempat yang kaya akan hasil bumi. Butuh waktu lama bagi Jepang untuk mempersiapkan invasinya ke Asia. Ia harus mempertimbangkan kemungkinan Amerika Serikat, satu-satunya negara yang mempunyai kekuatan maritim yang kuat di Pasifik menjadi penghalang rencananya. Oleh karena itu Jepang menginginkan sebuah serangan yang mampu untuk menghancurkan seluruh armada Amerika Serikat dalam sekali pukul. Rencana ini persis sama dengan serangan Jepang terhadap Armada Rusia di tahun 1905. Di manakah Jepang akan menyerang? Barangkali sekarang orang dapat menebak dengan pasti, Perl Harbour. Pelabuhan militer di Hawaii ini adalah pusat dari Armada Amerika Serikat di Pasifik. Di sana bersarang 3 kapal induk, dan untuk meladeni ini, Jepang menggerahkan 6 kapal induk terbaiknya. Serangan dilaksanakan pada pagi hari, minggu, 7 Desember 1941. Namun malang sekali bagi Jepang, 3 kapal induk yang seharusnya berada di Pearl Harbor sedang tidak berada di sarangnya. Mereka sedang melakukan patroli rutin di sekitar pasifik. 19 kapal perang Amerika rusak atau tenggelam dan untuk sementara waktu, armada pasifik Amerika lumpuh. Namun sekali lagi ini hanya sementara waktu. Tenggelamnya USS West Virginia Sumber Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa Amerika dengan sengaja membiarkan Jepang menyerang pangkalan Armada di Hawaii ini. Tidak ada bukti yang jelas. Namun ada fakta-fakta sampingan memang mengarah pada hal ini. Amerika waktu itu tengah menghadapi krisis berkepanjangan dan satu-satunya cara untuk memulihkan kondisinya adalah ikut dalam peperangan? Bagaimana bisa sebuah peperangan justru memulihkan ekonomi suatu negara? Amerika Serikat adalah negara yang mempunyai sumber daya alam melimpah. Produksi batu-bara, minyak bumi dan baja Amerika surplus, namun akibat krisis, produksi negara itu melempem. Tidak ada permintaan terhadap hasil-hasil utama produksi seperti mobil, pesawat, dan kapal. Jalan agar permintaan itu naik secara drastis adalah ironinya dengan menggunakan peperangan. Perlu diingat, setelah Amerika memutuskan untuk bergabung dengan Perang Dunia ke 2, ekonomi negara itu meningkat drastis. Dan semenjak Perang itu, Amerika tidak pernah mempunyai masa-masa damai. Ia selalu terlibat konflik baik di Korea, Vietnam, Afrika, Yugoslavia, Kuba dan sekarang Timur Tengah. Kembali lagi ke Perang Pasifik, publik Amerika tentu saja marah besar dengan serangan Jepang ke pangkalannya. Amerika yang sampai detik itu merasa tidak perlu terlibat dalam konflik manapun memutuskan untuk berubah haluan. Negara yang tengah berada di jurang kejatuhan itupun bangkit, mengerahkan seluruh tenaganya untuk membalas dendam. Inilah yang oleh Laksamana Ishoroku Yamamoto, salah seorang perencana serangan Pearl Harbour takutkan. Ia bahkan setelah penyerangan Pearl Harbour menyebutkan “Saya takut tindakan kita ini telah membangunkan raksasa tidur!” Yamamoto sendiri adalah lulusan salah satu akademi militer di Amerika. Bagaimana seorang yang takut dengan kekuatan Amerika, tahu betul potensi negara itu sampai berani menantang Amerika dan melawan sang raksasa tidur itu. Jawabannya adalah memang ia tidak berniat melawan raksasa itu. Lain sekali dengan anggapan Amerika yang terlalu berlebihan tentang tujuan perang Jepang. Jepang sama sekali tidak mempunyai niat untuk menyerang Amerika di tanahnya sendiri, bahkan menduduki Pearl Harbour pun tidak. Tujuan Jepang hanyalah kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara yang kaya. Ia berharap jika tujuannya telah tercapai, Jepang dapat merundingkan perjanjian damai. Sama seperti perang-perang yang ia alami sebelumnya. Namun peperangan ini berbeda, perang kali ini adalah sebuah perang total yang tidak pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Publik Amerika yang kala itu begitu marah terhadap Jepangpun sampai berbuat terlalu jauh. Mereka menangkapi seluruh warga negara keturunan Jepang di Amerika dan menggurung mereka dalam Kamp. Hal yang kurang lebih sama dengan yang dilakukan Hitler terhadap Yahudi. Setelah Jepang menguasai Pasifik dan Asia Tenggara, dalam sebuah pertempuran Blitzkrieg laut, tak ada satupun negara yang berniat untuk melakukan negosiasi damai. Amerika bahkan memberikan statement “unconditional surrender” bagi Jerman dan Jepang. Hal itu berarti bahwa mau tidak mau, Jepang harus bertempur sampai titik darah penghabisan. Kekuatan Jepang agaknya tidak cukup untuk menangani dua front sekaligus. Di China, kekuatan gabungan komunis dan nasionalis semakin kuat. Anggota-anggota baru direkrut sementara itu peralatan perang terus datang mengalir dari Inggris di India dan Uni Soviet di utara. Jepang sendiri setelah berperang bertahun-tahun akhirnya kehabisan sumberdayanya. Anggota tentara yang baru direkrut semakin lama semakin muda dan semakin sedikit pelatihannya. Kebijakan perang seperti harakiri dan kamikaze ternyata berakibat buruk. Terutama kamikaze, dimana Jepang harus kekurangan tenaga pilot di akhir perang. Pilot tidak seperti tentara angkatan darat yang dapat dengan singkat dilatih dan direkrut. Pada akhir perang bahkan masih terdapat pesawat berbagai jenis di tanah Jepang, mengganggur dan terbengkalai.SebabKhusus Perang Dunia I. Tahun 1914 tentara Austria mengadakan latihan perang di Bosnia. Bagi Serbia latihan perang tersebut merupakan tindakan provokatif atau tantangan, karena Serbia ingin menguasai Bosnia Herzegowna sebagai akibatnya putra mahkota Australia, yaitu Frans Ferdinand yang mengunjungi latihan perang tersebut dibunuh JermanKarenaAbdul Jalil menolak jalan damai, pada tanggal. 10 November 1942, Jepang mengerahkan pasukannya untuk menyerang. Cot Plieng. 50 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2. Kemudian, pertempuran berlanjut hingga pada tanggal 24 November 1942, saat rakyat sedang menjalankan ibadah salat subuh. Karena diserang, maka. aaA6cI.